Salah satu aspek penting keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru menurut Muhammad Saroni (2006:81-82), adalah “penciptaan kondisi pembelajaran yang efektif. Kondisi pembelajaran efektif adalah kondisi yang benar-benar kondusif, kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung kelancaran serta kelangsungan proses pembelajaran”.
Indra Djati Sidi (1996) dalam Cope (No. 02 tahun VI Desember 2002 : 36), menegaskan “bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, setiap guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, suasana interaksi belajar mengajar yang hidup, mengembangkan alat peraga yang sesuai, memanfaatkan sumber belajar yang sesuai, memotivasi siswa untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, dan lingkungan belajar di kelas yang kondusif.”
Agar pembelajaran benar-benar kondusif maka guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan kondisi pembelajaran tersebut. Diantara yang dapat diciptakan guru untuk kondisi tersebut adalah penciptaan lingkungan belajar.
Lingkungan belajar menurut Muhammad Saroni (2006:82-84), adalah “segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga siswa merasa krasan di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan.”
Dari kutipan tersebut maka dapat dikatakan bahwa “ belajar merupakan situasi buatan yang menyangkut lingkungan fisik maupun yang menyangkut lingungan social”. Dengan demikian lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikain rupa, sehingga mampu memfasilitasi siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar. Selanjutanya lingkungan belajar dapat dilihat dari interaksi belajar mengajar yang merupakan konteks terjadinya pengalaman belajar, dan dapat berupa lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.
Menurut I Made Alit Mariana(2005:13), “lingkungan belajar dapat merefleksikan ekspetasi yang tinggi untuk kesuksesan seluruh siswa. Lingkungan tersebut mengacu pada ruang secara fisik tempat belajar, lingkungan sosial dan psikologi siswa yang mendorong belajar, perlakuan dan etika dalam menggunakan mahluk hidup, dan keamanan (dalam area belajar yang berhubungan dengan pembelajaran sains)”.
Berdasarkan uraian pendapat tentang lingkungan belajar tersebut diatas maka dapat disarikan bahwa lingkungan belajar yang di kelola adalah terutama bagaimana mengemas suasana kelas belajar, kelas belajarnya, dan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah ataupun yang dapat diadakan dari dibuat / alam lingkungan sekolah. Lingkungan belajar dalam hal terutama di kelas adalah sesuatu yang diupayakan atau diciptakan oleh guru agar proses pembelajaran kondusif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang semestinya.
  • JENIS-JENIS LINGKUNGAN PAKEM
Lingkungan belajar di kelas sebagai situasi buatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau konteks terjadinya pengalaman belajar, dapat di klasifikasikan yang menyangkut :
1) lingkungan (keadaan) fisik, dan
2) lingkungan social
a.Lingkungan fisik
Menurut Muhammad Saroni (2006:82-83), yang intinya bahwa “lingkungan fisik adalah lingkungan yang memberi peluang gerak dan segala aspek yang berhubunga dengan upaya penyegaran pikiran bagi siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang sangat membosankan. Lingkungan fisik ini meliputi saran prasarana pembelajaran yang di miliki sekolah seperti lampu, ventilasi, bangku, dan tempat duduk yang sesuai untuk siswa, dan lain sebagainya.” Hal yang senada Suprayekti (2003:18), juga menegaskan bahwa :
“lingkungan fisik yaitu lingkungan yang ada di sekitar siswa baik itu di kelas, sekolah, atau di luar sekolah yang perlu di optimalkan pegelolaannya agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Artinya lingkungan fisik dapat difungsikan sebagai sumber atau tempat belajar yang direncanakan atau dimanfaatkan. Yang termasuk lingkungan fisik tersebut diantanya adalah kelas, laboratorium, tata ruang, situasi fisik yang ada di sekitar kelas, dan sebagainya.”
Dari uraian di atas maka dapat disarikan bahwa lingkungan fisik adalah lingkungan yang ada disekitar siswa belajar berupa sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah maupun yang dilingkungan sekolah termasuk dimasyarakat siswa berada. Dalam uraian ini lingkungan fisik lebih ditekankan pada lingkungan fisik dalam ruang kelas belajar di sekolah, alat/media belajar yang ada , dan alat/media belajar yang dapat dibuat sendiri/diambil lingkungan.

b. Lingkungan social
Muhammad Saroni (2006:83), menjelaskan bahwa :
“dalam lingkungan sosial berhubungan dengan pola interaksi antarpersonil yang ada di lingkungan sekolah secara umum. Lingkungan sosial yang baik memungkinkan para siswa untuk berinteraksi secara baik, siswa dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan guru, atau guru dengan karyawan, dan siswa dengan karyawan, serta secara umum interaksi antar personil. Dan kondisi pembelajaran yang kondusif hanya dapat dicapai jika interaksi sosial ini berlangsung secara baik. Lingkungan sosial yang kondusif dalam hal ini, misalnya adanya keakraban yang proporsional antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.”
Oleh karena itu dalam lingkungan sosial kelas hendaknya juga diciptakan sekondusif mungkin, agar suasana kelas dapat digunakan sebagai ajang dialog mendalam dan berpikir kritis yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip manusiawi, empati, dan lain-lain, demokratis serta religius. Selanjutnya lingkungan non fisik/lingkungan sosial dapat dikembangkan fungsinya yaitu untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif seperti adanya musik yang digunakan sebagai latar pada saat interaksi belajar mengajar berlangsung. Musik tersebut digunakan menjadika suasana belajar terasa santai, siswa dapat belajar dan siap terkonsentrasi.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat dipertegas bahwa lingkungan sosial kelas adalah upaya penciptaan suasana belajar atau suasana kelas belajar sehingga interaksi di dalam kelas kondusif.  Di mana suasana kelas belajar berlangsung santai bermakna, demokratis, adil, religius, dan siswa dapat belajar dan siap untuk berkonsentrasi. Di samping itu ketika siswa sedang bekerja /mengerjakan suatu masalah dapat diputarkan musik belajar.
Dalam hal ini tugas guru menurut Mulyasa (2006:210&218), adalah “memberikan kemudahan belajar kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai, juga selain menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan tetapi juga menciptakan dan mengatur lingkungan belajar terutama di kelas, dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar.” Oleh karena itu peran guru harus bisa membiasakan pengaturan peran serta/ tanggung jawab tiap siswa terhadap terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses pembelajaran bagi tiap siswa menjadi bermakna. Dengan terciptanya tanggung jawab bersama antara siswa dan guru maka kebersaman akan terbentuk sehingga hal (lingkungan belajar) untuk menjadikan pembelajaran berenergi menjadi tuntutan tiap siswa.

  • IMPLEMENTASI PAKEM TERHADAP PEMBELAJARAN QUR’AN HADIST MI
    • MI kelas                    : 2
    • Standar Kompetensi : Menulis Huruf Hijaiyah
    • Implementasi                        :
a. Kegiatan Belajar Mengajar
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Adapun hal baru yang berbeda dengan kebiasaan pembelajaran selama ini adalah guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya percobaan, diskusi kelompok menulis laporan, berkunjung keluar kelas. Demikian pula halnya dengan pembelajaran Al Qur’an Hadist kelas1 mengenai pembelajaran menulis huruf hijaiyah. Dengan menerapkan PAKEM guru diharapkan menggunakan metode yang bervariasi. Penggunaan setiap metode mengarah pada keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan mengenal huruf hijaiyah.
b. Alat Bantu dan Sumber Belajar
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Dalam pelajaran menulis huruf hijaiyah , guru dapat menggunakan alat yang dibuat sendiri seperti gambar, tulisan,CD, dll.
c. Metode Pembelajaran
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Dalam pembelajaran ini guru bisa menggunakan berbagai metode pembelajaran seperti diskusi, demonstrasi, latihan, dll.
d. Pengalaman Belajar
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan mengenai huruf hijaiyah. Melalui diskusi, lebih banyak pertanyaan terbuka, hasil karya merupakan pemikiran anak sendiri.
e. Pemilihan Bahan Ajar
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuai kemampuan, bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut, guru bisa memulai dengan huruf hijaiyah secara terpisah baru bersambung dan ke tingkatan yang lebih tinggi lagi. tugas perbaikkan atau pengayaan diberikan pada akhir KBM.
f. Pendekatan Pembelajararan Kontekstual
Prinsip pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran bermakna. (meaningful learning). Salah satu ciri pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran dirasakan terkait dengan kehidupan nyata dan siswa memahami manfaat dari pembelajaran yang dilaksanakannya dan siswa merasakan penting untuk belajar demi kehidupannya di masa depan.(Kratf, 2000: 33). Impelementasi dalam kegiatan pebelajaran menulis huruf hijaiyah terlihat melalui guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari misalnya alif seperti tongkat, dll. Guru juga dapat meminta siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Diharapkan siswa dapat menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari.
g. Penilaian atau Evaluasi
Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. Guru memantau kerja siswa dan guru memberikan umpan balik. Penilaian harus dilakukan secara otentik dengan menggunakan instrumen penilaian yang bervariasi.
h. Pembelajaran yang menyenangkan
Ciri-ciri pembelajaran yang menyenangkan adalah
1. Menciptakan lingkungan tanpa stres, dan aman/ memungkinkan untuk melakukan kesalahan, tetapi harapan untuk sukses tinggi.
2. Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan. Seseorang ingin belajar ketika melihat manfaat dan pentingnya bahan ajar.
3. Menjamin bahwa belajar secara emosional positif, yang biasanya terjadi ketika belajar bersama dengan orang lain, ketika humor dan dorongan semangat, ada waktu jeda, dan antusiasme.
4. Melibatkan secara sadar semua indera dan juga otak kanan dan kiri.
5. Menantang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
6. Mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam perode-periode yang relaks.
7. Pembelajaran multi-indera :
Dengan membaca dan memvisualisasikan bahan ajar berarti Anda telah melihatnya —> Visual
Dengan mengajukan pertanyaan dan menjawabnya dengan suara keras berarti Anda telah mendengarnya –à Auditorial
Dengan menuliskan pokok masalah pada kartu dan menyusunnya dalam urutan logis berarti Anda telah melakukannya—à Kinestetik/Fisik
sumber:http://danbelajarlagi.wordpress.com/2012/06/08/lingkungan-pakem/